Ibu, tetaplah di rumah
Awal menikah, saya masih menjadi ibu bekerja di sebuah radio swasta. Jam kerja dari pagi hingga sore cukup menyita waktu, apalagi sering ada jadwal masuk kerja pada hari libur. Praktis waktu liburan terpotong untuk menyelesaikan pekerjaan. Sejak mengandung anak pertama, di usia kehamilan enam bulan, saya memutuskan untuk berhenti bekerja. Pertimbangan utama, ingin konsentrasi penuh menemani anak. Tak tega rasanya, jika anak yang didambakan, mesti dititip-asuhkan kepada orang lain, meskipun itu keluarga besar. Respon teman kerja dan keluarga besar pun beragam. Rata-rata menyayangkan keputusan saya untuk resign , apalagi radio tersebut masih dalam proses bertumbuh dan berkembang, hingga sangat dibutuhkan personil-personil yang paham proses dari awal. Keluarga besar pun mempertanyakan, seberapa siapkah saya menghadapi kenyataan untuk menjadi full time mother . Dan pilihan itu sudah saya putuskan. Saya tetap berniat mengabdi sepenuhnya untuk keluarga, suami dan anak-anak.