Rahmi dan Kegalauan Dirinya
Rahmi Luthfiani merasakan kesedihan mendalam. Senyum mengembang keluarga besar begitu mengiris hati, ketika foto-foto wisuda dan pernikahan kakak sepupu bertebaran di grup keluarga besar. Rasanya ingin sekali mengulang waktu, hingga kebersamaan dengan keluarga bisa ia nikmati. Kebahagiaan pun ingin ia raih bersama keluarga.
Namun, waktu tak bisa berputar kembali. Sabtu, 22 Februari 2020 adalah hari yang sangat mengecewakan baginya. Sebagian besar keluarga bercengkrama di Purworejo menghadiri pernikahan kakak sepupu. Sebagian keluarga di Tangerang menikmati kebahagiaan di sebuah acara wisuda saudara. Rahmi, tidak menjadi bagian dari kedua acara besar tersebut. Karena ketidakjelasan dirinya untuk memilih ikut, akhirnya dua acara besar itu pun terlewati begitu saja. Pedih rasa hatinya.
Ia pun kemudian memutuskan untuk bepergian ke perpustakaan nasional di daerah Menteng Jakarta Pusat di hari yang sama. Sebagai salah satu bentuk menghibur diri. Dari pagi hingga sore, ia berusaha menikmati suasana perpustakaan. Mencoba menepis rasa sedih atas keputusannya tidak ikut serta dalam acara keluarga. Sore harinya, saat pulang menuju ke rumah, Rahmi memutuskan naik busway. Dia tidak ingin menunggu lama. Busway yang pertama kali datang ke halte, langsung saja ia naiki meskipun bukan rute yang biasa ia lalui. Kemudian, sampailah ia di halte Tanah Abang. “Gimana caranya naik busway dari Tanah Abang ke Tangerang ya?”, pikirnya. Rahmi belum pernah mencoba naik busway dari Tanah Abang ke Tangerang.
Kepanikan pun mulai menyelimuti dirinya. Dahinya berkerut, berpikir keras mencari rute yang sesuai arah pulang. Perut melilit keroncongan, tenggorokan pun terasa kering. Namun ia tetap berusaha diam dan menenangkan diri. Di tengah kepanikan yang melanda, lalu muncul busway arah Blok M. Senyum Rahmi mulai mengembang, karena ia pernah melalui jalur busway dari Blok M ke Tangerang. Dia pun memutuskan untuk naik busway tersebut. Ketenangan hatinya hanya sebentar saja. Senja mulai menggelayut. Adzan Maghrib terdengar sayup-sayup dan Rahmi masih saja duduk di atas busway. “Apakah aku akan ketinggalan Maghrib kali ini?”, ucap hatinya resah. Mendekati akhir waktu Maghrib, Rahmi sampai di halte CBD Ciledug. Ia bergegas menunaikan shalat Maghrib. Setelah selesai shalat, ia pun segera melanjutkan perjalanannya menuju rumah dengan menaiki bus baru yang disebut Tayo. Bus ini tidak terlalu besar. Rahmi naik bus tersebut dari CBD Ciledug menuju TangCity. Lalu sampailah ia ke rumah.
“Apa yang terjadi denganku?”, “Kenapa hidupku sepi sendiri?”, rutuknya pada diri sendiri. Hatinya pun mulai patah. Luruh air mata membasahi pipinya. Saat mata tertuju pada kebahagiaan yang terpancar dari foto-foto keluarga besar, semakin banyak tangis yang menyertainya. “Kenapa aku sendirian terus?”, rintih Rahmi kemudian.
Situasi ini tidak selesai begitu saja. Masih berlanjut di keesokan harinya Minggu, 23 Februari 2020. Ada satu kelas menulis yang perlu dihadiri oleh Rahmi di hari itu. Lagi-lagi, karena tidak ingin menunggu busway terlalu lama di halte, ia pun naik busway yang paling awal datang. Biasanya Rahmi naik busway yang rutenya menuju Juanda. Namun, karena dia tidak mau menunggu, akhirnya naik busway pertama yang arahnya menuju Bunderan Senayan. Sekelebat dalam pikirannya, dengan naik rute yang berbeda dengan biasanya, ada kesempatan untuk transit. Tanpa berpikir bahwa untuk transit itu butuh waktu dan haltenya pun bisa jadi jauh jaraknya. Hingga akhirnya ia pun telat masuk kelas. “Ah, betapa kacau balaunya aku, tidak menghargai waktu dengan baik”, ujarnya dalam hati.
Rahmi Luthfiani, saat ini tinggal bersama tantenya di Tangerang karena kuliah. Keluarganya tinggal di Serang. Beberapa saudaranya pun sudah kuliah dan tinggal di daerah Serang.
Demi masa
Sungguh, manusia berada dalam kerugian
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran
Haloo.. penggemar p0Ker
BalasHapusI0nQQ*c0m - Komunitas 0nline terbesar di Indonesia, whatsapp +855 1537 3217
Bisa dp via pulsa juga (min 25rb)