Gerakan melek sampah
“Ha?! Itu sampah?”, tanya Putri dengan wajah tak percaya.
“Itu plastik ya?”, Yoga meyakinkan dirinya atas apa yang dilihat.
Ini sedikit respon yang muncul dari anak-anak, ketika kami mengagendakan untuk nonton video bersama di link ini, https://youtu.be/sjU5i98nx74
Video pendek tersebut membuat kami tercengang. Begitu parahnya pengaruh sampah dalam kehidupan.
Selesai menonton video yang jadi bagian dari Materi Pekan 1 Kelas Hijrah Nol Sampah, kami pun melanjutkan dengan sesi ‘ngobrol produktif’. Membahas sampah dan efeknya dalam kehidupan. Kami mulai obrolan dengan bedah buku Sampah dan Daur Ulang karangan Sally Morgan. Buku yang dihadirkan untuk anak-anak (juga orang tua) ini dicetak tahun 2009 dan masih relevan hingga saat ini. Berisi tentang pemahaman sampah dan bagaimana mengolahnya. Ada tiga istilah penting terkait sampah dalam buku ini yaitu mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang. Mengurangi adalah menghasilkan lebih sedikit sampah dengan membeli barang dalam kemasan isi ulang. Menggunakan kembali berarti memanfaatkan lagi suatu barang dalam bentuk lain. Mendaur ulang yakni mengambil sampah dan mengubahnya menjadi sesuatu yang baru.
Buku Sampah dan Daur Ulang
Obrolan kami pun berlanjut dengan sampah rumah tangga dalam keluarga. Kami mencoba cari tahu, kemana sampah kami dibawa oleh mamang yang bertugas. Sampai tulisan ini dibuat, mamang yang ditunggu belum terlihat. InsyaAllah, jika mamang yang bertugas sudah terlihat, kami tetap ingin mencari informasi tersebut. Saat ini, yang bisa kami lakukan adalah mengamati lingkungan sekitar tempat tinggal. Lokasi tempat tinggal kami, cukup dekat dengan stasiun KRL. Kami sering bepergian menggunakan transportasi tersebut. Nah, di jalan sekitar stasiun tersebut, ada sebuah area yang dijadikan tempat pembuangan sampah. Ada banyak tumpukan sampah di sana. Setiap melewati area tersebut, kami mencium aroma tak sedap. Anak-anak pun berkomentar terhadap bau tersebut. Padahal di sekitar area tersebut, ada banyak warung yang menjual berbagai macam makanan. Mulai dari buah-buahan, ayam goreng, jajanan dan makanan lainnya. Sehari-hari, mereka beraktivitas dekat dengan area pembuangan sampah dengan bau yang sering tercium tak sedap. Bagaimana ya dengan orang-orang yang tinggal di daerah dekat TPA yang areanya lebih luas, seperti Bantargebang? Hmmm…
Sampah plastik, botol dan kaleng
Setelah mengamati realita yang ada terkait sampah ini, kami pun mencoba untuk melakukan langkah nyata dari dalam keluarga. Kami tergerak untuk sadar sampah dan membuat langkah-langkah minim sampah. Langkah tersebut adalah :
1. Membatasi sampah keluarga
2. Membawa tas saat belanja
3. Membawa wadah makanan sendiri
4. Membawa gelas atau botol minum sendiri
5. Memilah sampah sisa sayuran dan kulit buah, plastik, kaca, kaleng dan kertas
6. Sampah sisa sayuran dan kulit buah dibuang ke lubang biopori
7. Sampah plastik, kaca, kaleng dan kertas dikumpulkan lalu setor ke mamang sampah untuk didaur ulang
Ini sedikit langkah awal kami untuk melek sampah. Kami tidak bisa menghitung, berapa banyak sampah yang sudah kami buang selama ini. Berapa besar efek negatif dari sampah yang kami buang. Informasi tentang sampah, sering kami dengar. Namun, kami lalai. Kami tidak peduli. Astaghfirullaahal’adziim…
Mulai saat ini, kami akan terus berusaha untuk hidup dengan minimalisasi sampah, terutama sampah rumah tangga. Mengurangi produksi sampah, menggunakan kembali barang yang masih bisa dipakai dan mendaur ulang sampah yang mampu kami lakukan. Bismillah, mudah-mudahan Allah SWT mampukan kami untuk konsisten menjalaninya. Amiin
Sampah kulit buah dan sayuran
Sumber inspirasi :
Sally Morgan, Sampah dan Daur Ulang, 2009. Tiga Serangkai
https://youtu.be/sjU5i98nx74
https://youtu.be/6zrn4-FfbXw
https://youtu.be/MU5Gn8AkrJs
Materi Hijrah Nol Sampah IP Jakarta, 2018
#belajarzerowaste
#hijrahnolsampah
#hijrahnolsampahipjakarta
#hnsipjakarta
#ibuprofesionaljakarta
#HNSt1
#baskomteam
#matabacaQuBA
Komentar
Posting Komentar