Bangunan keluarga
Berawal dari cerita seorang teman
ketika bertemu di suatu kegiatan para ibu di hari libur kerja. Teman ini
berkomentar tentang suami yang betah menemani istrinya beraktivitas dan
bergantian mengajak main anak-anaknya. Teman ini merasa heran. Ada suami yang
mau berlama-lama “nganggur” menunggu istrinya beraktivitas dengan
teman-temannya. Ditambah lagi, suami ini
juga menemani anak-anaknya bermain. Bagaimana cara komunikasinya hingga bisa
seperti itu, suami sangat perhatian dengan keluarganya?
Nah, apa jawabannya ya?
Pertanyaan diatas bisa jadi klasik
dan sering muncul dalam berbagai bahasan tentang komunikasi. Tulisan ini pun
hanya ingin sedikit berbagi saja,
bagaimana kami mencoba membangun sebuah keluarga sehingga masing-masing anggotanya
tetap memperoleh porsi sesuai kebutuhan.
Pertama, dari
awal masuk kehidupan rumah tangga, kami sepakat bahwa keluarga adalah
prioritas. Setiap kegiatan yang bisa mendukung semakin kokohnya bangunan
keluarga, itu menjadi prioritas.
Kedua, kami
sepakat untuk memberi ruang pada diri masing-masing anggota keluarga untuk
menambah ilmu dan mengembangkan diri. Ketika diantara kami, ada yang sedang menambah
ilmu dan ketrampilan, maka anggota keluarga yang lain mendukung dan membantu
aktivitas tersebut.
Ketiga, setiap
perkembangan dan pengalaman baik maupun buruk, selalu kami bagi bersama. Kami
saling berbagi cerita sedih maupun gembira. Segala rasa yang ada di hati dan
pikiran, diungkapkan di dalam keluarga, sehingga jika ada anggota yang perlu
untuk dibantu, bisa segera dilakukan.
Keempat, membangun
mimpi bersama sekeluarga. Mau dibawa kemana keluarga, mau menjadi seperti apa
keluarga, itu perlu digambarkan dan dipahami oleh semua anggota keluarga. Jadi,
masing-masing anggota keluarga paham dan mampu mengambil peran sesuai porsinya.
Museum Keprajuritan Taman Mini Indonesia Indah
Empat bangunan ini menjadi dasar
keberlangsungan keluarga. Komunikasi pun terus dibangun antar anggota keluarga.
Masing-masing punya porsi untuk bisa mengungkapkan ide dan kebutuhannya. Terus
berusaha juga untuk berlatih kata ajaib seperti minta tolong, terima kasih dan
maaf. Terbukti, kata-kata ini mampu mencairkan dan menyelesaikan permasalahan
yang kadang terjadi di dalam keluarga.
Kata ajaib ini, tidak hanya berlaku
untuk anak-anak kepada orang tua, akan tetapi juga berlaku untuk orang tua
terhadap anak. Jika ternyata, orang tua melakukan kesalahan terhadap anak, maka
orang tua pun harus meminta maaf. Hal ini membuat nyaman semua anggota
keluarga. Anak tidak hanya diberi perintah saja melakukan hal baik. Namun,
orang tua pun memberi contoh untuk berbuat baik.
Taman Burung di Taman Mini Indonesia Indah
#ODOPfor99days
#day55
Komentar
Posting Komentar