Kulwap bareng Bang Fuadi
Akhirnya Kuliah Whatsap (Kulwap)
perdana Grup ODOP pun bergulir. Kulwap ini dilaksanakan pada Hari Selasa
tanggal 29 Maret 2016 selama satu jam, dari jam 09.00 wib hingga 10.00 wib.
Kulwap perdana ini diisi oleh Bang Fuadi, penulis buku Negeri 5 Menara dengan moderator Mbak Shanty selaku ketua kelas #ODOPfor99days.
Bang Fuadi pun membuka kulwap dengan sapaan : Selamat pagi ibu-ibu, teteh, mbak, kakak, rekan-rekan semua. Terima kasih ya, untuk cemilan dan teh yang tersaji secara virtual. Terima kasih juga utk pertanyaannya. Saya coba jawab satu-satu ya.
Kemudian Mbak Shanty pun balik menyapa ke Bang Fuadi
dan menanyakan aktivitasnya : Terima kasih sekali Bang Fuadi atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk ibu-ibu yang semangat pengen belajar menulis ini.
Sebelum memulai, kami ingin tahu Bang Fuadi lagi sibuk apa sekarang?
Jawaban Bang Fuadi tentang kesibukannya saat ini : Lagi sibuk menulis, menyiapkan film dan
ngisi undangan bicara hehehe. Juga sibuk main sama salman, 1.5 tahun. Contohnya
Hari ini meeting dg tim film Ranah3warna, nulis novel prekuel dan malam nanti
kasih pembekalan strategi belajar di lu ar negeri bagi penerima beasiswa LPDP.
Sesi tanya jawab pun bergulir :
Tanya 1.
Monika Pury Oktora, Gronigen Belanda & Anittaqwa Elamien, Surabaya:
Bang Ahmad Fuadi ini kan menceritakan pengalaman
pribadinya lewat buku.
1. Bagaimana biar bisa mengangkat pengalaman pribadi jadi cerita yang menarik? Walaupun pengalaman hidup kita tuh rasanya biasa aja... ga unik-unik banget.
1. Bagaimana biar bisa mengangkat pengalaman pribadi jadi cerita yang menarik? Walaupun pengalaman hidup kita tuh rasanya biasa aja... ga unik-unik banget.
2.Ketika pengalaman pribadi diangkat menjadi cerita
apa boleh ditambahi bumbu-bumbu yang sebenarnya tidak terjadi (di pengalaman)
kita tersebut?
3. Bagaimana dengan kisah nyata kehidupan orang lain
(misalnya ayah) diangkut jadi cerita fiksi?
Jawab 1 :
1. Novel itu ya kira-kira mirip kisah hidup kita
sehari-hari, TAPI bagian yang boringnya dihilangkan dan bagian yang dramanya
diperkuat. Jadi tidak harus unik hidup kita, tapi ceritanya yang harus unik
dengan tambahan fiksi, konflik, drama dan karakter. Ingat, kita gak bikin
biografi yang harus taat pada kenyataan, tapi bikin fiksi yang boleh
berimajinasi.
2. Ketika pengalaman pribadi diangkat menjadi cerita
apa boleh ditambahi bumbu-bumbu yang sebenarnya tidak terjadi (di pengalaman)
kita tersebut?Tentukan dulu pengennya bikin biografi atau fiksi. Kalo biografi,
gak boleh ditambahkan. Kalo fiksi, bebassss, kasih bumbu pedes, manis, merica
dsb dsb
3. Boleh banget. Bagus juga dikasih tahu ke orang yang
bersangkutan biar dia tidak kaget nanti jadi tokoh fiksi hehe
Tanya 2. Muthia Husnul Lisani, Bandung:
1. Apa yang bang AF lakukan pertamakali sebelum nulis
cerita/buku? Mikirin alurnya kah? Mikirin klimaksnya nanti gimanakah?(outline
berarti ya?). Atau hajar aja nulis ide cerita yang kita mau, masalah klimaks,
ending, dipikirkan sambil jalan.
2. Kesulitan terbesar apa yang bang AF rasakan saat
menulis buku, berikut cara mengatasi kesulitan itu.
Jawab 2 :
1. Saya akan bertanya 4 pertanyaan pada diri.
Pertama saya akan bertanya agak filosofis pada diri
sendiri: Why, kenapa saya nulis. Temukan jawabannya di dalam diri sendiri.
Kalau kita ketemu alasan kita mau menulis itu akan terpacu terus untuk menulis.
Pertanyaan kedua: what, apa yang saya tulis. Sebaiknya
tulis apa yang paling dekat dengan hati kita. Apa yang kita peduli, apa yang
kita paling tahu.
Ketiga; how. Caranya banyak, bisa ikut workshop, bisa
baca buku, bisa otodidak, tapi apa pun itu cara menulis yang baik itu menurut
saya adalah melakukan riset. Saat menulis N5M saya riset, saya pulang kampung.
Buka lemari tua, cari diari lama saya, ngobrol sama ibu, observasi dll.
Keempat: when. Kapan nulis? Ya nulis mulai sekarang
aja.Secara teknis, saya sering memulai dengan mindmap, jadi tahu awal, tengah
dan akhir secara umum, lalu mindmap ini dikembangkan lebih lanjut menjadi
struktur cerita.
2. Menjaga konsistensi untuk sabar dalam proses dan
sabar menulis terus. Selain kerja kreatif, menulis itu kerja fisik lho, setiap
huruf kan harus kita ketik satu-satu. Saya menulis novel agak lambat, setiap
novel saya minimal 2 tahun baru jadi.
Tanya 3. Afina Raditya, Cimahi:
Saya mah mau nanya nya, sehari baca buku berapa jam,
dan nulis berapa jam.
Jawab 3 :
Nggak tentu juga. Tapi selalu diusahakan ada waktu
menulis dan membaca. Kadang juga gak sempat baca buku, bacanya malah whatapss,
FB, twitter dll hehehe.
Tanya 4. Marina Yudhitia Permata, Bandung.
Wejangan apa dari Bang A. Fuadi untuk penulis-penulis
pemula yang masih baru banget belajar dan masih belum jelas mau menulis buku
yang bagaimana.
Jawab 4 :
Membaca banyak, dan menulis teratur, walau dikit. Ini
ibarat kita mau marathon, perlu latihan tiap hari. Nah menulis tiap hari itu
melatih otot menulis kita.
*Tambahan pertanyaan dari Rotun : Noted untuk membaca
banyak. Yang ingin ditanyakan, membaca ini buku apa saja atau kalau kita ingin
menulis fiksi misalnya, maka kita membaca buku2 fiksi saja? Atau jika kita suka
dan ingin mempelajari gaya bercerita seorang penulis, kita baca buku2nya beliau
saja?
Jawab untuk Rotun :
Baca buku apa saja krn menulis itu perlu wawasan luas.
Kalo nulis fiksi, banyakin baca fiksi yg kira kira genre nya mirip tulisan
kita, agar bisa belajar dari yg sdh terbit dan bagus.
Tanya 5. Fiena Ihsanudin, Bandung:
1. Bagi seorang penulis yang handal sekelas bang Ahmad
Fuadi, langkah krusial apakah yang perlu diperhatikan oleh seorang pemula
apabila ingin mempunyai karya dalam bentuk sebuah buku?
2. Untuk menulis sebuah buku, hal terpenting apa saja
yang harus ditentukan oleh seorang penulis pada awal penulisannya?
3. Apakah ada pakem/ aturan tertentu agar sebuah tulisan layak untuk diterbitkan menjadi sebuah buku ?
3. Apakah ada pakem/ aturan tertentu agar sebuah tulisan layak untuk diterbitkan menjadi sebuah buku ?
Jawab 5 :
1. Sama dengan yang di atas, menurut saya hanya dua,
terus membaca, terus menulis. Nanti lambat laun akan ada kesiapan mental,
fisik, psikologis untuk melahirkan buku.
2. Niat, nawaitu, alasan, why. Kalau ini ketemu,
nulisnya penuh energi dan teknis lain-lain itu jadi urusan kesekian.
3. Untuk layak terbit, biasanya penerbit melihat
apakah ada peluang pasar untuk buku ini, lalu apakah buku ini ditulis dengan
baik (gak typo, EYD ok, gak muter-muter dll). Untuk layak jadi bestseller itu
rahasia Tuhan hehehe. Gak ada yang tahu. Tapi nasihat saya, nulis aja dari hati
kita, Insya Allah nyampe ke hati pembaca.
Tanya 6. Rinda Sukma, Sidoarjo:
Apa ada teknik menulis fiksi yang bisa digunakan untuk
menulis artikel? Yang membuat artikel menarik dibaca tanpa merubah
fakta-faktanya.
Jawab 6 :
Ada banget, baca artikel-artikel panjang TEMPO,
majalah online Pantau, dan New Yorker, hampir semua menggunakan pendekatan
jurnalisme sastrawi. Bercerita dan asyik.
Tanya 7. Wini Nirmala Gunawan, Bandung:
Stimulasi apa yang biasanya membuka ide dalam menulis.
Misalnya: Dengerin lagu, jalan-jalan, dsb.
Jawab 7 :
Macam-macam untuk tiap orang dan tiap situasi. Saya
bisa denger lagu, bisa matiin musik, corat coret, bisa baca-baca buku,
liat-liat foto, video dll. Jadi eksplor aja yang mana yang cocok.
Tanya 8. Rinda Sukma – Sidoarjo
1. Menurut Bang Fuadi sendiri, dimana kekuatan tulisan
Bang Fuadi?
2. Apa sebaiknya kita tahu dimana kekuatan tulisan
kita? Utk lebih memanfaatkannya dalam persaingan?
3. Bagaimana cara tahunya? Apakah
orang/editor/penerbit yg membukakan mata Bang Fuadi akan kekuatan tulisan Bang
Fuadi ataukah menemukannya sendiri?
Jawab 8 :
1. Saya gak tahu pasti juga kekuatan tulisan, krn yg
menilai dan yg menikmati adalah pembaca. Nah kalo liat komentar pembaca mereka
suka tema, kandungan inspirasi dan bahasa yg simpel
2. Bagus aja kalau tahu. Tp yg bener tahu itu gak ada
menurut saya. Sekali lagi itu selera pembaca.
3. Ya, editor, pembaca, pengamat, teman dll bisa
memberi tahu kita.
Tanya 9. Wini Nirmala Gunawan – Bandung
Ada tips ngga untuk menghindari kata yang berulang?
Biar ngga itu2 lagi. Atau itu wajar?
Jawab 9 :
Biarin aja dulu, nanti pas editing, pakai thesaurus
untuk membuat variasi ungkapan.
Tanya 10. Muthia Husnul Lisani – Bandung
Seberapa penting komentar orang dalam meningkatkan
kemampuan menulis kita? Ini terkait juga dengan pertanyaan, penting ga sih
membuat semacam kelompok belajar menulis yang sesuai dengan genre yang ingin
kita tulis? Dimana si kelompok itu yang akhirnya saling mengomentari latihan
menulis kita?
Atau... ya pakai kaca mata kuda aja lah, selama kita
enjoy membaca, memperkaya wawasan, dan menulis. Toh yang namanya selera pembaca
kan berbeda-beda.
Jawab 10 :
Tergantung orangnya, ada yg suka rame dan saling
komen, ada yg maunya sendiri aja. Saya gak punya grup nulis. Nulis aja sendiri.
Lalu naskah dibaca dan dikomen sama istri. Baru setelah selesai diedit saya
bagikan ke 20an teman berbagai latar belakang utk kasih komen.
*Tambahan pertanyaan dari Wita – Gresik:
Bagaimana ya tips mencari teman kritikus itu?,secara
kita akan menyita waktunya, mohon masukannya Bang Fuadi. Sy sudah menyelesaikan
satu naskah novel, pengen ke sekuel, tapiiii sy miskiiin komentar
Jawab untuk Wita :
Miskin komentar maksudnya gimana? Endorsement yg
dimaksud? Kalo itu kirim aja email ke orang yg akan kita minta endorsement dg
naskah lengkap, kalo perlu dg draft endorsement. Kalo beruntung akan dikasih
hehehe. Kalo komentar yg non endorsement, bagikan aja ke teman, sodara,
tetangga utk kasih komentar yg nanti jd pertimbangan utk kita masukkan atau
tidak masukkan ke dalam naskah.
Tambahan buat Rinda:
Buat yg mau beli lagi buku saya, ada diskon khusus
nih, plus tandatangan dan pesan yg diinginkan bs saya tulis di buku.
Tanya 11. Eha Solihat – Rangkas Bitung
Begini Bang AF, saya ingin mencoba menerbitkan buku
dengan self publishing/penerbit indie, namun ada kekhawatiran karya saya
dibajak (bukan ke-geer-an ya) entah oleh penerbit itu sendiri ataupun pihak
lainnya. Mis: ide cerita diambil dari karya saya, namun mereka menerbitkan
kembali dengan alur dan pengembangan cerita.
Pertanyaannya: bagi bang AF, tips-tips apa saja yang
harus dilakukan untuk menghindari plagiasi dan bagaimana caranya mencari
penerbit yang baik, dalam artian yang tidak menjiplak karya atau mencuri ide
calon kliennya? Maaf klo pertanyaannya standar dan agak parno karena pernah
baca kasus seperti itu. Sebelumnya, terima kasih atas jawabannya.
Jawab 11 :
Begitu karya disiarkan ke publik, baik itu di blog,
dicetak indie, dicetak non indie, maka akan selalu ada peluang utk dijiplak
atau dibajak. Menurut saya santai aja. Yg lbh dihargai adalah yg pertama dan
original. Kalo niat utk berbagi kebaikan dg tulisan, jangan-jangan kalo
dijiplak malah kebaikan nya makin luas hehehe. Contohnya buku saya sudah
dibajak ribuan eksemplar dimana-mana. Dulu kesel, sekarang saya syukuri aja,
krn makin banyak yg baca buku saya, makin manfaat Insya Allah
Selesai sesi tanya jawab, Bang Fuadi pun menutup
kulwap:
Sipp. Trmksh utk kehebohan nya, saya memantau melalui mbak Shanty hehe. Trus lah menulis, dan menulis lah dari hati, agar sampe ke hati
Sipp. Trmksh utk kehebohan nya, saya memantau melalui mbak Shanty hehe. Trus lah menulis, dan menulis lah dari hati, agar sampe ke hati
#ODOPfor99days
#day62
Komentar
Posting Komentar