Tetaplah menulis
Di sebuah grup sosial media yang saya
ikuti, ramai menceritakan tentang suka duka menulis. Grup ini beranggotakan
teman-teman yang mempunyai komitmen untuk terus berusaha menulis. Kebanyakan adalah
penulis-penulis baru yang masih sangat awal berlatih menulis, namun semangat
belajarnya cukup tinggi.
Ide-ide untuk membuat grup menjadi
lebih hidup pun sangat beragam dan kreatif. Penulis-penulis pemula ini selalu
berusaha untuk membangkitkan bara semangat menulisnya di setiap waktu. Mereka terus
saling menyemangati satu sama lain dan saling berbagi pandangan tentang
topik-topik yang dimunculkan dalam sebuah diskusi grup.
Namun, usaha membangun semangat untuk
konsisten menulis ini kemudian diiringi dengan ujian yang sepadan. Di saat
semangat untuk bisa menuangkan ide begitu tinggi, di situ pula
komentar-komentar menjatuhkan berdatangan. Saat usaha untuk menulis sudah
dibangun sedikit demi sedikit dengan sepenuh tenaga, saat itu pulalah
orang-orang tidak suka menghancurkannya dengan segera. Pembunuhan karakter,
istilah kerennya.
Nah, di saat-saat seperti ini, apa
yang harus dilakukan?
Berikut sedikit hasil perenungan diri
saya sebagai penulis awam terhadap fenomena tersebut.
1. Kembali ke niat awal kita menulis. Menulis
untuk apa? Menulis karena apa?
2. Berkumpul dengan orang-orang atau
komunitas yang suka menulis. Hal ini untuk mengembalikan dan menjaga semangat
menulis.
3. Mulai sedikit menaikkan level mental
baja dengan menanggapi komentar negatif sebagai tanda sayang dan perhatian,
karena cara orang memperhatikan kita bentuknya bermacam-macam.
4. Terus menulis. Entah tulisan kita
dibaca atau tidak oleh orang lain. Entah tulisan kita mengundang komentar positif
atau negatif. Poin pentingnya bahwa apa yang kita sampaikan itu tidak melanggar
agama dan negara, maka teruslah menulis.
#ODOPfor99days
#day44
Komentar
Posting Komentar