Semangat dan Empati


Belajar dari bocah 6tahun, bagaimana berempati dan bersemangat melakukan suatu hal

Satu siang, saat kami bersiap pulang dari sebuah acara, tiba-tiba si bungsu panik. Dia mencari-cari mainan yang dibawanya dari rumah. Di kantong baju, di kantong jaket, di tas, tak ditemukannya barang yang dicari. Semakin bingunglah si bungsu, hingga raut wajahnya mulai berubah menjadi sedih, hampir putus asa.

Si sulung, dengan sigap segera bertanya, "Dimana terakhir mainan itu diletakkan??"

Si bungsu menjawab, "Di tempat mainan masak-masakan tadi.."

Si sulung langsung berusaha mengingat-ingat, karena saat bermain tadi, mereka berdua selalu berdekatan, sehingga si sulung banyak melihat tempat dan juga aktivitas yang dilakukan si bungsu.

"Oh ya, aku tau tempatnya!" seru si sulung yang segera berlari ke tempat yang dimaksud.

Sampai di tempat tujuan, ruangan sudah mulai bersih. Banyak mainan sudah diberesi dan dimasukkan ke dalam kotak-kotak yang sesuai. Tak berhenti di situ, si sulung segera mendekati salah satu kakak yang sedang membereskan mainan. Si sulung segera bertanya dan menjelaskan, bahwa dirinya sedang mencari mainan yang tadi sempat diletakkan di bagian mainan masak-masakan. Kakak yang sedang beres-beres pun terlihat sedikit bingung, namun mereka tetap mencoba membantu dengan membukakan kotak yang mungkin sesuai dengan yang dimaksud si sulung. Beberapa waktu si sulung mencari-cari mainan di dalam kotak tersebut. Dan, "Ha! ketemu!"sorak si sulung dengan wajah puas.

Si bungsu pun segera menghampiri dengan muka berseri-seri, karena mendapatkan mainan yang dicarinya, dan mereka berdua kemudian lari berhamburan menghampiri bapaknya.

Tinggal saya, meminta maaf kepada kakak-kakak yang membereskan mainan, karena anak-anak saya sedikit mengganggu aktivitas beres-beres mereka. Dan saya pun lanjut mengikuti langkah kaki anak-anak dengan terus berpikir, betapa istimewanya semangat dan empati si sulung ini. Tanpa diminta, ia segera berinisiatif membantu si bungsu mencari mainannya. Begitu bersemangat, hingga si sulung ini berusaha sekuat tenaga mencari mainan sampai ketemu. Padahal mainan yang dimaksud si bungsu ini, ukurannya kecil dan satu biji saja. Itu tidak menyurutkan semangat si sulung untuk berusaha mencari sampai ketemu. Istimewa.

Saya sempat bayangkan, jika saat si sulung berinisiatif membantu mencari mainan, lalu saya mencegah dan berkata,"Ah sudahlah, hanya mainan, kita bisa cari lagi yang lain atau beli yang baru saja".
Betapa kecewanya dia. Betapa terluka hatinya. Betapa semangatnya akan runtuh seketika, dan empatinya akan terkikis sedikit demi sedikit. 

Ya, saya belajar dari seorang bocah 6tahun, anak kecil yang tulus membantu tanpa pamrih. Semangat melakukan satu kebaikan tanpa diminta, menjadi catatan penting bagi saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perlukah Anak Berlatih Mengelola Keuangan?

Berkunjung ke Kantor Lurah Pejaten Timur

Merica dan Ketumbar

Kreasi botol bekas