Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

GAGAL BANTU

Saat kami sedang bersiap-siap untuk mengikuti kegiatan di luar rumah, anak-anak pun ikut sibuk merapikan mainan yang akan mereka bawa. Putri sudah merapikan kartu mainan yang akan dibawa, dimasukkan dalam kantong. Yoga menitipkan kartu mainannya ke saya. Lalu saya bilang supaya mainannya disimpan ke tempat yang dia tentukan. Yoga diam saja. Putri pun sigap membantu. Menyimpan mainan tersebut ke kotak yang ada di dalam tas. Singkat cerita, ketika kita sudah pulang lagi ke rumah, Yoga ingat mainannya. Lalu bertanya keberadaan mainan tersebut. Saya bilang kalau Putri bantu simpan ke dalam kotak. Kotak tersebut ternyata tidak ada di dalam tas, ketinggalan di tempat kita beraktivitas tadi. Yoga pun kecewa. Putri pun spontan menjelaskan bahwa dia telah menyimpannya di kotak. Putri berniat membantu merapikan mainan itu. Yoga terlanjur sedih dan menangis.  *kali ini Ratu Mainan melakukan hal yang kurang tepat sasaran #Level2 #KuliahBunSayIIP #MelatihKemandirian

YOGA BELAJAR MENATA UANG (3)

Setelah belajar tentang mengelola uang untuk konsumsi dan menabung, Yoga melanjutkan dengan menata uang untuk porsi sedekah. Sebagian harta yang dimiliki adalah bagian untuk orang lain. Bisa berupa uang, bisa juga berbentuk barang. Yoga langsung praktek sedekah. Ketika ada jadwal berkumpul dengan teman-teman, Yoga punya ide untuk berbagi. Kali ini, Yoga ingin berbagi makanan ringan. Yoga membeli sekotak coklat pasta, kemudian dibagikan ke teman-temannya. Yoga senang sekali bisa berbagi dengan teman-teman. #Level2 #KuliahBunSayIIP #MelatihKemandirian

RATU MAINAN

Sejak pagi, badan Putri hangat. Agak lemas dan inginnya banyak tidur. Putri kurang berminat bermain dengan kakaknya seperti biasa. Lebih banyak tiduran di atas kasur. Jelang sore, saat kakaknya bilang mau rapi-rapi mainan, Putri langsung sigap membantu. Meski badannya masih terasa lemas, Putri si Ratu Mainan tetap berusaha membantu merapikan mainan dengan senang hati.

YOGA BELAJAR MENATA UANG (2)

Selanjutnya, Yoga belajar tentang menata uang untuk ditabung dan investasi. Uang yang dimiliki, ada porsi untuk ditabung. Uang tabungan ini, masih saya bantu simpan. Tabungan ini, selain berbentuk uang, Yoga juga belajar tentang logam mulia atau emas batangan, dinar dan dirham. Kami mencoba mempelajari bagaimana seluk beluk menabung selain uang. Kami juga memperkaya gagasan dengan belajar menabung dalam bentuk ternak kambing. Berawal dari kebutuhan hewan untuk Qurban, maka langkah ini pun menjadi salah satu sarana Yoga untuk berlatih mengelola keuangan. #Level2 #KuliahBunSayIIP #MelatihKemandirian

YOGA BELAJAR MENATA UANG (1)

Gambar
Setelah melakukan aktivitas belanja ke warung tetangga sendirian, selanjutnya Yoga belajar untuk menata uang. Di mulai dari cerita isi buku tentang berlatih mengelola uang. Awalnya saya tanya ke Yoga, jam berapa bisa diajak ngobrol. Lalu ketika sudah siap, saya pun membuka obrolan dengan menceritakan isi buku yang sudah saya baca. Saya juga menunjukkan bukunya.  Yoga mendengarkan cerita saya. Kemudian kami terlibat diskusi yang cukup seru. Poin yang kita bahas tentang belajar menata uang untuk porsi konsumsi. Kita berdiskusi, barang-barang apa yang saat ini Yoga butuhkan. Kegiatan apa yang butuh dia ikuti dan berbiaya. Kami rancang keuangan Yoga untuk porsi konsumsinya. Uang jatah konsumsi Yoga saat ini, ternyata masih jauh dari jumlah yang dia butuhkan. Kami pun berdiskusi, bagaimana caranya supaya mendapatkan tambahan pemasukan untuk keuangannya. Kami mencoba membuat tantangan yang akan dikerjakan Yoga dengan sepenuh hati. #Level2 #KuliahBunSayII

PUTRI MENATA BUKU

Gambar
Selain mainan yang dirapikan oleh Putri sang Ratu Mainan, buku juga termasuk dalam kategori aktivitasnya. Berserakannya buku di setiap sudut rumah pun menjadi makanan sehari-hari kami. Kami memang belum menata buku berada di satu titik. Jadi kami bisa menempatkan atau menyimpan buku di tempat-tempat yang mudah terjangkau. Ruang tamu, kamar tidur, ruang keluarga di setiap sudutnya pasti tersimpan buku meski jumlahnya berbeda-beda.  Ketika Putri ingin menggunakan area di ruang keluarga dan ternyata banyak buku berserakan di sana, maka Putri pun langsung merapikannya. Saya sungguh bangga dengannya. Tanpa saya teriak, Putri sudah selesai merapikan buku. Hasilnya? Saya terima dengan senang hati apa adanya. Saya belum akan banyak membahas bagaimana posisi buku yang seharusnya ke Putri. Penekanan untuk saat ini, Putri suka merapikan buku-bukunya. #Level2 #KuliahBunSayIIP #MelatihKemandirian

PUTRI RAPIKAN MAINAN

Gambar
Kamar depan penuh dengan mainan, itu pemandangan sehari-hari. Anak-anak suka sekali menata mainannya; di atas kasur, di atas lantai atau pun di atas meja. Imajinasi seru membuat mereka tidak bosan berkreasi dengan mainannya. Ada saja ide cerita mengalir dari mainan yang ditata sedemikian rupa.  Ketika anak-anak selesai bermain, terkadang saling tunjuk siapa yang membereskan mainan-mainan tersebut. Saya kadang gemes dengarnya. Mainnya sama-sama, giliran beres-beres saling tunjuk satu sama lain. Nah, ketika suasana tenang, saya mencoba diskusi dengan mereka. Saya awali dengan cerita, apa akibatnya kalau mainan tidak dibereskan. Mereka pun menjawab bersahutan. Lalu saya tawarkan sebuah petualangan menarik untuk Putri, menjadi Ratu Mainan. Ratu yang punya banyak mainan, suka berkreasi dengan mainannya dan suka rapi-rapikan mainan setelah selesai. Putri pun setuju. Jadi mulai hari ini, Putri adalah Ratu Mainan. Putri sudah mulai beraktivitas dengan peran barunya, meski ma

YOGA BELI GULA

Gambar
Ketika anak-anak di dapur ingin membuat minuman coklat, ternyata gula putihnya habis. Lalu saya tanya ke Yoga, mau tidaknya beli gula putih ke warung sendirian. Yoga menyanggupi. Akhirnya, saya pun memberi Yoga uang dua puluh ribu untuk membeli gula putih setengah kilo. Sebelum keluar rumah, Yoga menanyakan letak warung yang jual gula putih. Saya jawab ada dua warung yang relatif dekat dengan rumah. Saya pun tunjukkan arah kedua warung tersebut. Ada yang di sebelah kanan, ada juga di sebelah kiri. Yoga pun keluar rumah dengan mengayuh sepedanya. Awalnya belok ke kanan. Lalu sepertinya berubah pikiran dan belok ke kiri.  Tidak berapa lama, Yoga pulang membawa setengah kilo gula putih dan uang kembalian. Lalu saya pun bertanya perjalanannya membeli gula. Yoga cerita kalau tadinya akan beli ke warung sebelah kanan. Lalu berubah pikiran dan pindah arah ke warung sebelah kiri. Yoga juga menjelaskan, ketika mau menyeberang jalan, dia hati-hati sekali. Tengok ke kanan dan ke kiri.

MERANGKAI BAHASA KASIH

Komunikasi Produktif. Wow. Belajar lagi. Meski sudah bertahun-tahun melakukan aktivitas komunikasi, ternyata saya masih perlu berlatih lagi. Kenapa? Karena komunikasi yang selama ini saya lakukan, seringnya masih jauh dari kata 'produktif'. Komunikasi berjalan mengalir saja. Asal saya bicara dan ada yang menanggapi. Kadang saya kurang perhatian dengan isi pembicaraan, bahasa yang saya gunakan, dan kurang peduli dengan hal inti yang saya sampaikan. Saya jarang melakukan evaluasi cara berkomunikasi. Saat ini, ketika masuk dan berkutat dengan Komunikasi Produktif di Kelas Bunda Sayang, saya jadi semakin tersadar. Oh ternyata, apa yang selama ini saya lakukan belum optimal. Saya pun diajak untuk belajar lagi, berlatih lagi. Supaya komunikasi yang saya lakukan kemudian menjadi lebih bermakna. Hal-hal yang saya sampaikan itu tidak sekedar keluar dari mulut saja, namun memiliki bobot yang jelas tujuannya, karena sayalah yang bertanggung jawab atas apa yang saya sampaikan. Bah

BERKACA LAGI

Gambar
"Kaos kakiku mana?!", teriak Putri. "Kok nggak ada. Ibu cuci kaos kakiku ya?", lanjut Putri. Saya menggelengkan kepala, karena memang tidak mencuci kaos kaki milik Putri. "Coba dicari lagi", Yoga menimpali. "Oh iya ada di dalam sepatu", Putri bicara lagi sambil tertawa geli sendiri. Kejadian singkat ini, membuat saya sebagai ibunya berpikir mendalam. Evaluasi diri.  Apakah selama ini saya masih mencontohkan komunikasi kurang produktif? Apakah saya masih tergesa-gesa melabel anak-anak? Ya, kembali membulatkan tekad untuk terus berlatih. Tidak ada kata berhenti untuk terus memantaskan diri. #hari16 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip

BAHASA KASIH YOGA

Gambar
"Putri, yuk kita beres-beres mainan sekarang", ajak Yoga ke adiknya. "Ayuuk...", jawab Putri. Saya mendengar percakapan mereka berdua dari dalam kamar. Nyesss rasanya. Tanpa saya minta, mereka langsung merapikan mainan yang sudah selesai dipakai. Lebih terasa dalam lagi, bahasa yang digunakan Yoga sebagai kakak untuk mengajak adiknya merapikan mainan itu, produktif sekali. Putri langsung mengiyakan ajakan kakaknya tanpa alasan apa pun.  #hari15 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip

CERMIN TAK PERNAH DUSTA

Gambar
"Ibu mau tanya boleh?", saya memulai perbincangan santai siang tadi. "Boleh...", jawab Yoga dan Putri. Kami bertiga saja karena suami sedang tugas luar kota. "Apakah ibu sering marah-marah?", tanya saya. "Iyaaa", serempak anak-anak menjawab. Duh, sakitnya tu di hati. "Seperti apa kalau ibu marah?", saya melanjutkan pertanyaan. "Kayak gini...", jawab Yoga (memperagakan muka cemberut) "Ibu kalau marah bilang gini : selesaikan dulu sana nangisnya...", jawab Putri dengan memperagakan wajah agak galak. Jujur, dalam hati saya sediiih... Ternyata saya masih jadi ibu pemarah buat mereka. "Lalu mas sama mbak maunya ibu gimana?", saya menyambung pembicaraan. "Senyuum...", jawab Putri sambil memperlihatkan senyum manisnya. Yoga pun menjawab dengan senyuman. Tak terasa, saya pun ikut tersenyum bersama mereka. Seiring dengan niat dalam hati untuk semakin memperbanyak senyum, sabar d

SALAH PAHAM

Gambar
Siang tadi, kami bertiga kumpul di dapur. Alarm dari perut sudah berbunyi, pertanda kami butuh makanan untuk dikonsumsi. Sengaja dari pagi saya belum masak. Sudah berniat akan masak dadakan supaya makanan masih hangat saat disajikan. Saya ingat, kemarin Yoga mengajukan permintaan untuk masak mi telur. Jadi siang ini saya sudah membayangkan masak mi telur. Bahan-bahan sudah siap. Saya pun mulai memasak. Anak-anak ikut membantu di dapur. "Mas minta tolong airnya dituang ke wajan ya", pinta saya ke Yoga. "Segini bu? Tambah lagi?", tanya Yoga kemudian. "Iya, tambah sedikit", jawab saya sambil memotong wortel. "Ibu, kirain mau masak mi telur. Ternyata, ibu bikinnya mi pakai kuah", Yoga melanjutkan pembicaraan. Deg. Saya kaget.  "La maksud mas, mi telur yang seperti apa?", saya coba perjelas maksud ke Yoga. "Itu looo yang di goreng pakai teflon. Mi dicampur sama telur", ungkap Yoga. Saya di

MAU IKUT BAPAK

Gambar
Tulit tulit... tulit tulit... tulit tulit... "Assalamu'alaykum...bapak?", suara Putri sesaat setelah mengangkat handphone. "Wa'alaykumussalam Putri, sedang apa?", terdengar suara bapak bertanya di handphone. "Aku lagi mainan", jawab Putri. "Mas Yoga mana? Sedang apa?", tanya bapak lagi. "Mas Yoga baca buku. Bapak dimana?", Putri menyahut. "Bapak sekarang di tempat mbah...", jawab bapak. Hening. Tak ada jawaban dan suara Putri. "Putri...Putri...", bapak memanggil dari ujung handphone. Sesaat saya pun menghampiri Putri. Wajahnya mendung. Air mata meleleh membasahi pipinya. Putri diam tidak menjawab atau pun menyahut suara bapak di handphone. Saya pun lalu memeluk Putri dan menjawab suara suami di handphone. "Putri sedih bapak. Bapak ke tempat mbah sendiri. Putri mau ikut bapak ke tempat mbah...", saya pun sedikit menjelaskan situasi yang sedang terjadi. "Ooo...Putr

KECILKAN VOLUMENYA

Gambar
"Yeaaayy...aku dapat!", teriak Putri. "Aku sekarang...aku...", sahutan Yoga. "Yes! aku juga dapat! Yeaay yeaaay yeayy...", teriak Yoga lagi. Rame sekali mereka berdua saat main bersama. Serasa dunia milik mereka saja, yang lain numpang. Saya kadang merasa terganggu dengan teriakan-teriakan mereka. "Ssstttt...volume suaranya dikecilkan sedikit ya...", pinta saya. Mereka berdua pun berbincang dengan suara pelan. Beberapa saat kemudian, suara anak-anak kembali tinggi, saling bersahutan dan serasa memekakkan gendang telinga saya. Ouw ouw... Saya pun kembali mengingatkan untuk mengecilkan volume suara mereka. Tetap dengan nada datar. Jika sudah lebih dari tiga kali, saya memakai strategi mengingatkan dengan berbisik, supaya mereka terpancing untuk menurunkan nada suaranya. #hari11 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip

NGGAK MAU MAKAN

Gambar
(Pagi hari) "Mas udah makan?", tanya saya ke Yoga. "Belum", jawab Yoga. (Siang hari) "Udah makan mas?", pertanyaan saya yang kedua ke Yoga. "Belum", jawabnya lagi. [Hah! Belum makan juga. Padahal saya sudah masak sayur dan telur. Nasi juga ada. Pagi-pagi semua sudah siap. Adiknya sudah makan dari pagi] (Sore hari) "Sudah makan mas?", saya bertanya lagi. "Belum", jawabnya. [Waaa kesel rasa hati ini. Sudah masak dari pagi, semua siap, eh anak nggak mau makan. Sesak rasanya... Dan saya butuh udara segar...] #hari10 #tantangan10hari #komunikasiproduktif #kuliahbunsayiip

JALAN-JALAN PRODUKTIF

Gambar
Pagi tadi, kami jalan-jalan berempat. Rutenya berputar di sekitar tempat tinggal. Jalan-jalan pagi, saat ini baru kami lakukan beberapa kali saja. Kami berniat, kegiatan ini bisa menjadi aktivitas rutin kami sekeluarga. Apa yang kami nikmati dari jalan-jalan di pagi hari? Pertama , menghirup udara segar, meski sudah ada beberapa motor dan mobil hilir mudik. Kedua , olah raga menggerakkan tubuh, supaya badan lebih seimbang. Ketiga , semakin mendekatkan hati-hati kami dengan komunikasi produktif saat berkeliling. Kami bertemu banyak hal yang bisa diceritakan satu sama lain. Anak-anak saling berceloteh riang sepanjang perjalanan. Kami bisa saling berbagi semangat dan energi positif. Saat melewati dagangan makanan atau jajanan, kami pun sempat mampir untuk membeli beberapa potong kue. Ketika melewati rumah saudara, kami pun mampir sebentar untuk sekedar berbagi cerita bahagia di pagi hari. Jalan-jalan pagi ini cocok bagi keluarga kami untuk memaksimalkan komunikasi anta