BERKATA BENAR ATAU DIAM


Bertutur baiklah kepada manusia. Sebuah kalimat pengingat supaya senantiasa menjaga perkataan yang muncul. Selalu siap dengan perkataan yang benar dan baik. Jika tidak ada hal baik yang bisa dikatakan, maka lebih baik diam saja.

Apalagi saat perkataan itu mengalir di depan anak-anak. Orang tua harus mempersiapkan segala perkataan yang baik dan benar karena anak-anak adalah peniru ulung. Orang tua merupakan panutan pertama dan utama yang ditemui oleh anak-anak. Jika orang tua menghadirkan komunikasi yang kurang baik, maka hal tersebut akan diserap dan dicontoh oleh anak-anak. Apalagi jika anak-anak dalam tahapan usia dini, mereka merekam semua yang dikatakan orang tua tanpa kecuali. Di sini, orang tua sangat perlu menata komunikasi dan perkataan yang dihadirkan untuk anak-anak. Kata-kata yang orang tua ucapkan kepada anak membawa pengaruh besar bagi hidupnya. Tiap kata atau kalimat yang orang tua sampaikan akan sekaligus membawa pesan tersirat tentang diri anak, berhubungan dengan kemampuan atau ketidakmampuannya. Kalimat mana yang orang tua pilih, maka masa depan itulah yang akan terjadi pada anak-anaknya tercinta (Ayah Edy, 2014).

Kalimat positif, perkataan benar dan baik, berhubungan langsung dengan cara berpikir yang positif, benar dan baik. Ketika pikiran dalam otak orang tua berisi hal benar dan baik, maka bahasa yang akan diungkapkan sesuai dengan apa yang dipikirkan. Ibarat teko, akan menuangkan sesuatu yang sesuai dengan isinya. Jika berisi teh manis, teko akan menyajikan teh manis. Jika berisi kopi pahit, itulah minuman yang akan disajikan dari dalam teko. Orang tua, bisa memilih atau meramu sajian tersebut dengan yang positif maupun negatif. Ramuan positif yang dibuat dalam pikiran, akan menghadirkan kalimat-kalimat dan perilaku yang positif pula. Begitupun ketika ramuan dalam pikiran berisi hal-hal negatif, maka perkataan dan perbuatan yang hadir pun sesuai dengan apa yang ada.

Kualitas dan kondisi hati seseorang sangat terlihat dari kualitas kata-katanya, dan juga terlihat dari kualitas bagaimana vokal dan intonasi suara orang tersebut dalam mengatakan sesuatu. Berikut beberapa tips memperbaiki kata, sehingga orang tua bisa lebih efektif berkomunikasi dengan anak. Pertama, gunakan kata yang berenergi positif. Kedua, gunakan kata/ kalimat yang jelas. Ketiga, gunakan kalimat yang ujungnya positif. Keempat, kurangi awalan kata Jangan atau Tidak. Kelima, selaraskan perkataan dengan pikiran, perasaan, perbuatan, dan peraturan (HypnoCreativa, 2013).

Aris Ahmad Jaya dan Bunda Ucu dalam buku HypnoCreativa lebih lanjut menjelaskan tentang 8 kata ajaib yang mampu membuat perubahan dahsyat pada pembentukan karakter anak. Kata ajaib tersebut adalah :
  1. The Power of Terima Kasih
Terima kasih adalah kata yang luar biasa sebagai ungkapan syukur atas bantuan yang telah diberikan. Terima kasih adalah energi, menjadikan seseorang dihargai pekerjaannya.
  1. The Power of Tolong/ Maaf
Tolong/ maaf adalah ungkapan yang dahsyat ketika ingin meminta maaf atau meminta pertolongan orang lain, termasuk ke anak.
  1. The Power of Atau
Ketika anak belum berniat menyelesaikan suatu aktivitas, sedangkan ia harus menyelesaikan hal yang lain, maka mengajukan pilihan dengan kekuatan atau, mampu jadi alternatif komunikasi dengan anak.
  1. The Power of Apa Yang Bisa Saya Bantu
Apa yang bisa saya bantu adalah kalimat ajaib yang demikian teduh bagi anak. Pemakaian kalimat ini mesti cerdas, tidak setiap kali dikatakan. Perlu memanfaatkan momentum.
  1. The Power of Kata Tidak
Ketegasan atas ketidaksetujuan orang tua terhadap permintaan anak yang memang tidak selayaknya dipenuhi adalah salah satu kunci dari pengendalian masalah. “Maaf tidak”, itulah jurus efektif yang harus dikatakan ketika permintaan anak memang tidak layak.
  1. The Power of Tapi
Kata “tetapi” bisa sangat efektif dan memotivasi ketika diakhiri kata positif.
  1. The Power of Karena
The power of karena sangat dibutuhkan oleh anak. Mereka jadi paham hukum sebab akibat secara adil.
  1. The Power of Tidak Tahu
Ketika orang tua kurang memahami sesuatu hal, maka akui saja ketidaktahuan tersebut. Lalu mengajak anak bersama-sama untuk mencari tahu hal yang ingin diketahuinya.

Bagaimana jika ada saat, emosi-emosi negatif menghampiri? Ada rasa marah menyelinap dalam hati orang tua? Apa yang harus dilakukan?

Ya, kondisi emosi orang tua kadang kala naik turun. Ada waktunya, emosi negatif menghampiri. Ayah Edy menjelaskan dalam buku Mengapa Anak Saya Suka Melawan dan Susah Tidur bahwa ketika sedang marah, orang tua janganlah berbicara. Tahanlah dengan cara nyaman misalnya, masuk kamar sejenak untuk menenangkan diri hingga amarah reda. Setelah reda barulah berkomunikasi kembali. Hal yang perlu dilakukan adalah bicara tegas bukan bicara keras. Bicara tegas yakni bicara dengan nada datar, serius, dan menatap wajah serta mata dalam-dalam, dilakukan saat pikiran rasional. Sedangkan bicara keras adalah pada saat pikiran kita dikuasai emosi, kata-katanya tidak bisa dikontrol dan mengakibatkan munculnya tidak konsisten terhadap apa yang telah ditetapkan.
Terkait dengan pengasuhan anak ini, Septriana Murdiani dalam buku Bahasa Bunda Bahasa Cinta menjelaskan bahwa bahasa bunda sebagai bahasa cinta adalah cara mencintai anak sehingga anak pun merasa memang dicintai. Rumus pertama Bahasa Bunda sebagai bahasa cinta ini sangat sederhana, yaitu :
  1. Mendengarkan
  2. Menerima perasaan
  3. Mengerti dan Menghargai anak
  4. Alirkan Rasa
Keempat hal tersebut tidak untuk dipisah-pisahkan secara mutlak, masing-masing mempunyai bagian yang beririsan.
Mendengarkan adalah proses aktif, artinya, setelah mendengarkan maka berilah umpan balik yang tepat. Orang dewasa atau lawan bicara yang mampu mendengarkan dan memberikan umpan balik berarti memberikan sinyal pada anak kalau dirinya diterima dengan baik. Umpan balik yang dimaksud bukanlah sembarang feedback. Umpan balik harus berisi nama rasa lawan bicara.
Setelah mendengarkan, hal yang kita lakukan adalah menerima segala perasaan anak. Perasaan positif dan negatif, tanpa syarat dan tetap menerima walau apapun yang terjadi. Kuncinya terima, terima, terima perasaan anak. Ini membutuhkan usaha yang sangat sungguh-sungguh dari orang dewasa di sekeliling anak. Jika salah tanggap, maka efeknya fatal bagi anak.

Begitu penting dan utamanya kata-kata yang benar dalam pengasuhan anak ini, sehingga orang tua tidak bisa seenaknya saja berkata-kata dengan anak. Ketika orang tua sangat memahami dampak kata-kata terhadap masa depan anak, maka orang tua perlu terus menata pikiran serta bahasa, hingga sampai di titik positif, benar, dan baik. Kata-kata benar dan baiklah yang layak diungkapkan kepada anak-anak. Jika terjadi satu kondisi yang negatif, sebaiknya diam sementara waktu hingga kondisi positif kembali tertata. Selamat praktek.



Daftar pustaka :
Edy, Ayah. 2014. Ayah Edy Punya Cerita. Jakarta : Noura Books
Edy, Ayah. 2014. Mengapa Anak Saya Suka Melawan dan Sudah Tidur?. Jakarta : Grasindo
Murdiani, Septriana. Bahasa Bunda Bahasa Cinta. Bogor : OuU Publisher
Ahmad Jaya, Aris dan Ucu. 2013. HypnoCreativa. Jakarta : Luxima Metro Media
Horton, William. 2015. NLP 4 Sales. Jakarta : PLP Book
Nasrullah. 2018. Diary Garputala. Cirebon : KMO Indonesia
Learning Centre, Aqsha. 2016. Berkata Baik Sesuai Perintah Al Qur’an. http://rumahtahfidz.net/berkata-baik-sesuai-perintah-al-quran/ diakses pada 27 September 2018 pukul 13.00.
Sadar, Bawah. 2015. Apa itu NLP? http://www.bahasapikiran.com/apa-itu-nlp.htm diakses pada 28 September 2018 pukul 16.00.
PDy, Totok. 2014. Tutorial Belajar NLP ala TPDy https://youtu.be/Lj5Y2jdOD4M diakses pada 18 September 2018 pukul 16.03.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perlukah Anak Berlatih Mengelola Keuangan?

Berkunjung ke Kantor Lurah Pejaten Timur

Merica dan Ketumbar

Kreasi botol bekas