MENIKMATI PROSES LATIHAN MANDIRI


Takutlah engkau apabila meninggalkan anak generasi yang lemah

Anak generasi yang lemah, diantaranya tidak memiliki kemampuan untuk mandiri

(Ibu Nur Chasanah M.A dalam Kuliah Offline Bunda Sayang IIP Jakarta pada tanggal 12 Maret 2017)


Betapa latihan kemandirian untuk anak ini menjadi satu hal yang patut digagas dengan serius.

Kenapa?

Karena, latihan kemandirian anak sesuai dengan usianya ini menjadi salah satu sarana supaya anak bisa mengenali dirinya sendiri, memahami kebutuhannya dan berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Ketika anak berlatih untuk mandiri, ia sedang belajar untuk mengenali siapa dirinya; bagaimana organ-organ tubuhnya bisa berfungsi dengan optimal; hal-hal apa saja yang dia butuhkan dan  bagaimana cara dirinya memenuhi kebutuhan tersebut. Proses-proses ini perlu dilatih, karena kemandirian merupakan ketrampilan hidup seseorang sebagai bekal untuk menikmati kehidupannya.

Ketika anak bisa menikmati proses latihan kemandirian dengan optimal, kemudian dia mampu menguasai ketrampilan-ketrampilan hidup tersebut, maka tingkat percaya dirinya akan terbentuk sedikit demi sedikit. Apalagi ditambah dengan respon-respon positif dan dukungan dari orang tuanya. Anak akan semakin terpacu untuk meningkatkan level kemandiriannya. Anak-anak yang bisa menyelesaikan dan memenuhi kebutuhannya sendiri dan kepercayaan dirinya terus terbangun, maka dia pun akan mudah untuk bergaul. Anak yang mandiri, tidak akan bergantung pada orang lain. Dia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri sesuai porsinya, sehingga orang-orang di sekitarnya merasa nyaman berinteraksi, tidak banyak gangguan yang berarti. Anak-anak mandiri pun menjadi mudah diterima oleh lingkungannya.





Yoga – Anak Mandiri  

Yoga, anak sulung kami saat ini sudah masuk usia sekolah. Program latihan kemandiriannya, disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan penguasaan atas dirinya. Kami memakai acuan 10 Ketrampilan Dasar yang penting dipelajari setiap anak (sumber dari www.rumahinspirasi.com). 10 Ketrampilan dasar tersebut meliputi :

a. Menjaga kesehatan dan keselamatan
b. Literasi
c.  Mengurus diri sendiri
d. Berkomunikasi
e. Melayani
f. Menghasilkan makanan
g. Perjalanan mandiri
h. Memakai teknologi
i. Transaksi keuangan
j. Bekerja

Setelah kami memberikan gambaran tentang ketrampilan dasar di atas, kami pun membuka diskusi dengan Yoga. Ketrampilan mana yang akan dipelajarinya. Yoga memilih ketrampilan transaksi keuangan dan bekerja untuk latihan awal. Kami pun sepakat dan mulai membuat perencanaan untuk aksinya.

Latihan ketrampilan keuangan meliputi berani belanja sendiri ke warung tetangga, meskipun barang belanjaannya tidak banyak. Aspek pentingnya pada berlatih transaksi keuangan dengan pedagang atau orang lain. Kemudian Yoga berlatih untuk menata keuangannya sendiri. Mulai dari membahas sebuah buku berjudul Cerdas Mengelola keuangan keluarga karya Dra. Sulastiningsih, M.Si; lalu mencoba menerapkan pada keuangan yang sudah dijalankan saat ini. Membagi kategori menjadi tiga yaitu untuk konsumsi, menabung atau investasi dan sedekah. Yoga pun mulai berlatih untuk mewujudkannya sedikit demi sedikit. Latihan transaksi keuangan ini berlanjut dengan belajar bertransaksi menggunakan kartu ketika naik KRL.

Setelah merasa cukup belajar transaksi keuangan dasar, Yoga pun beralih ke berlatih bekerja atau menghasilkan karya. Diawali dengan keinginannya untuk berkarya di dapur, memasak mi goreng dan berhasil melewati proses ini. Kemudian dilanjutkan dengan berkarya pada hal yang disukainya yaitu merangkai lego dan kapla. Ini adalah aktivitas sehari-harinya, berkutat dengan lego dan kapla. Membuat karya yang selalu berbeda sesuai dengan imajinasinya kemudian digabung dengan cerita-cerita seru yang selalu muncul dan mengalir deras. Selain berkarya di dapur dan menghasilkan rancangan lego serta kapla, Yoga juga berlatih membongkar sepatu roda yang biasa dipakai sehari-hari. Penasaran dengan bentuk sepatu roda yang ada, maka Yoga pun berinisiatif untuk ‘ngoprek’. Yoga bisa membongkar sepatu roda tersebut hingga bagian-bagiannya bisa terlihat. Setelah cukup memenuhi rasa penasarannya, Yoga pun menggabungkan kembali bagian-bagian sepatu roda tersebut ke bentuk semula dan bisa dipakai bermain lagi.


Putri – Anak Mandiri

Putri saat ini masih termasuk dalam kategori usia pra sekolah, maka latihan kemandiriannya pun berbeda dengan Yoga. Ketika kami mengajaknya diskusi tentang latihan kemandirian, kami pun memberikan gambaran hal-hal apa yang saat ini perlu Putri pelajari. Kami pun banyak berbincang dengan Putri dan mencoba membantunya untuk memetakan aktivitas. Akhirnya, Putri sepakat untuk berlatih menggoreng telur sendiri, menjadi Ratu Mainan dan Polwan Sampah. Ratu Mainan punya aktivitas yaitu ketika selesai bermain maka mainan yang sudah digunakan, dirapikan dan kembali ke tempat semula. Nah, kalau Polwan Sampah aktivitasnya adalah memindahkan sampah yang ada di dalam rumah ke tong sampah di depan rumah, supaya abang yang mengumpulkan sampah di lingkungan kami lebih mudah mengambilnya.

Lancarkah prosesnya?

Awal-awal berlatih lancar, Putri bisa bekerja sama melakukan aktivitas dengan baik. Namun di tengah proses, ketika saatnya Polwan Sampah bergerak, Putri terkadang melakukan penawaran. Dia lebih memilih melakukan aktivitas pilihannya sendiri seperti menggambar, corat coret di kertas ketimbang bergerak untuk membuang sampah.

Marahkah kami?

Gemes, iya. Namun kami mencoba untuk memahami bahwa proses latihan kemandirian ini perlu dikemas dengan menyenangkan supaya anak-anak melakukannya dengan sepenuh hati. Jika kami memaksa untuk melakukan hal-hal yang kurang disukai anak, maka anak pun melakukannya sekedar menggugurkan kewajiban tanpa ada hati yang menyertainya. Jadi kami pun terus mencoba untuk mengkreasikan latihan-latihan kemandirian ini dengan suasana yang menyenangkan. Poin penting proses berlatih kemandirian ini adalah anak-anak suka melakukannya. Mereka bahagia dengan apa yang telah dipilih dan bisa optimal berlatih.

Proses latihan kemandirian untuk Yoga dan Putri serta untuk kami orang tuanya adalah proses yang berkelanjutan. Tidak selesai sampai di sini saja. Proses berlatih ini masih panjang dan akan terus naik tingkat. Semakin banyak hal yang kami lakukan dan selesaikan, maka latihan kemandirian pun akan semakin banyak dan beragam.

Teriring semangat dan harapan bahwa latihan kemandirian ini menjadi salah satu jalan bagi kami untuk terus mengasah diri dan meningkatkan kapasitas sebagai bagian dari kehidupan dan lingkungan masyarakat.


#AliranRasa
#MelatihKemandirian
#KuliahBunSayIIP


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perlukah Anak Berlatih Mengelola Keuangan?

Berkunjung ke Kantor Lurah Pejaten Timur

Merica dan Ketumbar

Kreasi botol bekas