MENGIKAT HATI DENGAN PROYEK KELUARGA


Materi #3 Kelas Bunda Sayang IIP membahas tentang Pentingnya meningkatkan kecerdasan anak demi kebahagiaan hidup. Ada empat kecerdasan yang dibahas dalam materi ini yaitu kecerdasan intelektual (IQ); kecerdasan emosional (EI); kecerdasan spiritual (SI) dan kecerdasan menghadapi tantangan (AI).

Kecerdasan Intelektual (IQ) ini membuat anak pandai, sehingga bisa menjadi sarana meraih kebahagiaan hidup yang penuh kesenangan (pleasant life). Seperti masuk universitas ternama, mendapat pekerjaan dan jabatan yang tinggi. Memiliki rumah, mobil dan kesenangan materi yang lain.
Kecerdasan Emosional (EI) membuat anak bisa mengenali dan mengendalikan emosi diri serta emosi orang lain. Kecerdasan ini sangat diperlukan agar seseorang bisa mencapai taraf kebahagiaan di ranah nyaman (good life), karena kebutuhan jasmani, rohani dan spiritualnya terpenuhi.
Kecerdasan Spiritual (SI) membuat hidup penuh arti. Anak akan mampu memberi makna pada kehidupan dan paham apa misi Allah menciptakan diri kita di dunia ini. Membuat anak berpikir secara luas makna sebuah kesuksesan. Hal ini akan mendorong anak-anak mencapai kebahagiaan hakiki yaitu kehidupan penuh makna (meaningful life).
Kecerdasan Menghadapi Tantangan (AI) ini menentukan seberapa tangguh anak ini untuk mencapai tingkat kebahagiaan hidup yang dia inginkan.


Proyek keluarga

Tantangan dari materi ini adalah membuat family project atau proyek keluarga.
Seperti apa proyek keluarga itu?
Proyek keluarga adalah aktivitas yang secara sadar dibicarakan bersama, dikerjakan bersama oleh seluruh atau sebagian anggota keluarga dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara bersama pula.

Sebelum proyek keluarga dilaksanakan, ada forum keluarga yang sengaja dibuat sebagai wadah merencanakan proyek. Ketika forum ini berlangsung, hal-hal yang dibicarakan adalah proyek keluarga apa yang akan dijalankan, siapa saja yang terlibat beserta tugasnya, berapa lama proyek akan dikerjakan dan apa judul proyek tersebut.




Kami pun mencoba menjalankan proyek keluarga ini setahap demi setahap. Aktivitas yang biasanya kami lakukan tanpa perencanaan, kini mulai dicoba untuk ditata dan direncanakan dengan baik. Proyek-proyek yang kami lakukan pun berdasarkan aktivitas yang biasa kami lakukan sehari-hari. Bedanya, aktivitas tersebut sekarang mulai dikemas dengan perencanaan sehingga penuh makna, tidak sekedar mengalir seperti biasanya.

Setelah mulai menjalankan proyek keluarga ini, terasa sekali dampaknya pada keluarga kami. Hal-hal yang selama ini jarang kami pikirkan, bermunculan ketika forum keluarga berlangsung. Ide-ide segar berdatangan seiring dengan seringnya kami ngobrol sekeluarga. Ide dari anak maupun kami, orang tuanya. Misalnya ketika kami menjalankan proyek Rumah Kelinci. Penekanan proyek adalah mengamati dan mencari informasi seputar kelinci. Setelah berjalan, muncul bonus ide dari anak-anak untuk membuat mainan kelinci dari kertas. Gambar kelinci diwarnai lalu dipasang stik es krim untuk pegangan dan anak-anak memainkan layaknya wayang atau puppet show. 

Terlihat sederhana, namun dampak batin untuk kami sekeluarga sungguh istimewa. Ada rasa mendalam yang menyertai setiap proses yang kami jalankan bersama. Kami menikmati proses ini sepenuh hati. Kami berbagi peran supaya proyek yang dilakukan bisa berjalan dengan lancar. Kami pun bisa menikmati saat-saat tertawa bersama, sedih, kecewa, marah tanpa ada ganjalan yang menyertai setelahnya. Berbagai macam rasa yang datang silih berganti menjadikan proyek keluarga ini penuh makna. Kami pun terus berlatih untuk mencukupkan dan menyelesaikan rasa-rasa itu sesuai porsinya tanpa ada ganjalan.




Ketika proyek kedua berjalan, yaitu proyek Mata Baca (membaca buku atau teks dan membaca alam), terlihat dengan jelas bahwa anak-anak menjalankannya dengan istimewa. Kapten Buku : Yoga memunculkan ide-ide diskusi berdasarkan rasa ingin tahunya. Ratu Gamcer (gambar dan cerita) : Putri menuangkan hal-hal yang disukainya. Mereka melakukannya tanpa paksaan, tanpa perintah. Dijalankan secara alami sesuai kebutuhan mereka. Komunikasi yang mereka lakukan pun cukup produktif sehingga kami orang tuanya paham apa yang harus kami lakukan untuk memfasilitasi mereka.

Sisi kemandirian mereka pun terlihat jelas ketika melakukan proyek keluarga ini. Hal-hal yang telah mereka kuasai dan mampu dilakukan, akan mereka selesaikan sendiri tanpa meminta bantuan pada kami. Kami bahkan sering dibuat terkejut atas kemandirian mereka.

Poin kecerdasan anak-anak pun cukup terlihat dalam proyek ini. Misalnya ketika proyek dijalankan di luar rumah dan kami harus naik transportasi umum (KRL). Kami membutuhkan beberapa waktu untuk bisa sampai stasiun dan naik KRL. Kami harus jalan kaki sekitar satu kilometer lebih untuk menjangkau stasiun dengan medan perjalanan yang tidak semua datar. Ada turunan dan tanjakan yang cukup tinggi dan harus kami lalui.

Apakah anak-anak mengeluh?

Awalnya mereka sesekali bilang lelah. Namun, perjalanan harus tetap dilanjutkan dan masing-masing dari kami harus berjalan dengan kakinya sendiri. Anak-anak pun bisa menyesuaikan dirinya untuk terus melangkah dan menikmati perjalanan. Yoga bahkan terlihat dengan jelas, berusaha untuk memposisikan diri sebagai pelindung bagi adiknya. Saat ada motor lewat di gang yang sempit, Yoga berupaya menyesuaikan diri supaya adiknya dalam posisi aman. Sungguh, kami merasakan energi luar biasa ketika menemani anak-anak menjalankan proses kehidupannya.




Ketika melakukan diskusi di rumah, Yoga beberapa kali memunculkan ide diskusi. Hal itu muncul atas dasar hausnya dia akan informasi tersebut. Misalnya, Yoga bertanya tentang Semut dan Nabi Sulaiman. Ide ini muncul setelah Yoga membaca buku kisah anak tentang Nabi Sulaiman kemudian dia mengungkapkan rasa ingin tahunya kepada kami, sehingga kami pun berusaha menambah referensi tentang cerita tersebut. Kemudian saat Yoga penasaran dengan sebuah hadits yang membahas tentang masjid dan pasar, lalu bertanya kepada kami penjelasan dari hadits tersebut. Kami pun segera mencari referensi dan berdiskusi dengannya, bahkan saudara yang biasa mengisi ceramah keagamaan pun kami undang untuk menambah wawasan Yoga tentang hadits tersebut.

Ketika Putri asyik dengan coretan dan gambarnya kemudian menceritakan tentang coretannya tersebut, kami pun dibuat takjub. Imajinasinya sungguh membuat kami kagum. Coretannya pun indah dengan kekhasannya sebagai anak-anak. Hal inilah yang menjadi pintu gerbang Putri menjalankan proyek belajar membaca. Ketika selesai membuat gambar dan corat-coret, kemudian kami menemaninya untuk membuat judul gambar. Otomatis, ketika Putri belajar menulis huruf demi huruf untuk judul gambarnya, ia pun belajar membaca sedikit demi sedikit. Proses ini dinikmati betul oleh Putri hingga ia meminta untuk melakukannya berulang-ulang dan tidak menjadi beban pikirannya.




Proses-proses seperti inilah yang membuat hati kami semakin dekat satu dengan yang lain. Pembagian peran di setiap proyek, melatih kami untuk terus menjaga kondisi dalam keadaan “nyambung”, sehingga proyek bisa berjalan dengan lancar. Peran terbesar kami selaku orang tua adalah menjadi fasiltator anak-anak supaya fitrah mereka tumbuh dan berkembang optimal. Proyek keluarga ini menjadi sarana kami untuk bisa semakin mengamati tumbuh dan berkembangnya fitrah mereka. Selain mengamati, kami pun melibatkan diri dalam proyek ini sehingga anak-anak merasa ditemani berproses dan mereka semakin semangat untuk melakukannya.

Kami pun berperan dalam hal mencatat poin-poin penting di setiap proses yang mereka lalui. Ini bagian dari proses menemukan jalan hidup mereka, dimulai dari pengamatan secara berkelanjutan terhadap tumbuh kembangnya. Hal yang terpenting adalah ungkapan apresiasi. Ketika anak-anak telah melalui proses dalam proyek keluarga, apresiasi sangat penting diberikan. Apresiasi ini membuat anak merasa berharga bersama keluarganya. Ketika apresiasi diberikan, anak akan merasa diperhatikan, diperhitungkan dan dicintai. Rasa-rasa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan batinnya. Saat batin mereka terpenuhi, mereka pun akan merasa sangat bersemangat dan nyaman menjalankan proyek-proyek selanjutnya. Ada orang tua, saudara yang mempercayainya, sehingga mereka pun cukup percaya diri untuk melanjutkan proses-proses dalam kehidupannya. Kita sebagai orang tua, orang dewasa pun akan merasa sangat antusias ketika mendapatkan apresiasi atas apa yang telah kita lakukan dengan optimal, begitu pun dengan anak-anak.



Meski yang kami lakukan masih perlu dibenahi, kami sekeluarga tetap menikmati proses ini dengan gembira



#AliranRasa
#Level3
#MyFamilyMyTeam
#KuliahBunSay IIP



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perlukah Anak Berlatih Mengelola Keuangan?

Berkunjung ke Kantor Lurah Pejaten Timur

Merica dan Ketumbar

Kreasi botol bekas