Mari Kita Reuse



Reuse yakni menggunakan kembali barang-barang yang kita miliki. Sebelum memutuskan untuk membeli suatu barang, sebaiknya kita ‘berbelanja’ dulu di dalam rumah. Adakah barang yang fungsinya sama dengan yang kita butuhkan? Apakah barang yang akan kita beli, termasuk kategori sekali pakai atau bisa dipakai berulang kali? Pertimbangan-pertimbangan ini menjadi landasaan utama kita bergerak, supaya ketika memutuskan jadi membeli atau tidak suatu barang, tidak ada penyesalan di kemudian hari. Perjuangan nol sampah pun tetap berusaha kita jaga jalannya  sesuai dengan koridor.
Nah selanjutnya, seperti apa praktek Reuse dalam keluarga kami?

Mari kita amati…

Mulai dari televisi. Beberapa tahun belakangan ini, kami tidak punya televisi. Alasannya,  anak-anak masih kecil dan belum bisa memilih mana tontonan yang cocok dan mana yang tidak cocok. Akhirnya, televisi kami keluarkan dari rumah. Waktu itu kondisinya masih bisa nyala dengan lancar. Saat ini, ketika usia anak-anak sudah lebih besar dan mengerti televisi, mereka pun mengajukan ijin untuk memiliki televisi, karena terkadang mereka ikut menonton di rumah temannya. Kami kemudian mempertimbangkan. Bisa jadi ini sebuah jalan pembelajaran untuk mereka. Lalu anggaran pun dihitung. Sampai sekarang televisi belum jadi kami beli karena anggaran belum mencukupi. 

Kami pun mencari ide, bagaimana menonton televisi tanpa membelinya. Maka, keluarlah beberapa alat yang bisa dijadikan pengganti televisi. Ada laptop, proyektor mini dan portabel speaker . Kami utak atik mencari streaming stasiun televisi. Ketemulah berbagai macam stasiun televisi yang sudah lancar streaming. Jadi, kami tidak  beli televisi karena sudah bisa menikmatinya dengan alat yang ada. Saat pembukaan Asian Games 2018 kemarin, kami pun bisa menikmati siaran langsungnya lewat streaming dari hp lalu dipantulkan ke dinding. Layaknya layar tancap jaman dulu. Terpenting, anak-anak jarang menyinggung lagi tentang beli televisi, karena mereka cukup puas dengan peralatan yang ada.


Nonton televisi di dinding

Lanjut ke kotak es krim. Es krim termasuk jajanan favorit anak-anak. Di waktu-waktu kemarin, mereka suka beli es krim yang memakai stik. Selain suka es krimnya, mereka juga mencari stik-stiknya untuk dimainkan ketika selesai makan es krim dan sudah dicuci. Stik-stik ini mereka kumpulkan hingga berjumlah cukup banyak. Terkadang ada seri-seri yang ‘nyambung’ dengan kartun yang mereka tonton. 

Mulai saat ini, kami pun berpikir ketika akan membeli es krim. Jika membeli dengan kemasan stik, maka bungkus plastiknya akan menumpuk banyak. Jadi kami mencoba beralih membeli es krim yang kemasannya cup atau kotak. Harapannya, wadahnya bisa dipakai untuk tempat yang lain saat kosong. Benar saja, kotak dan cup es krim ini berguna sekali saat sudah kosong dan bersih. Alat-alat jahit bisa disimpan dalam kotak ini. Paper clip juga jadi tidak berceceran, karena masuk ke cup bekas es krim. Paku-paku sebagai bagian peralatan tukang milik suami pun bisa tersimpan rapi dalam wadah bekas es krim ini. Bermanfaat sekali.

Alat jahit di kotak es krim


Paperclip di dalam cup es krim


Ada juga karet gelang. Saat berbelanja ke warung sayur dekat rumah, ketika belum menyiapkan wadah sendiri, ibu sayur biasanya akan membungkus macam-macam belanjaan meenggunakan kertas. Nah, sohib akrab bungkus kertas ini adalah karet gelang. Berfungsi untuk mengikat bungkusan kertas supaya tidak terbuka dan sayuran tidak cecer kemana-mana. Saat merapikan sayuran, kami tidak tega membuang karetnya begitu saja. Sedikit demi sedikit kami kumpulkan dalam sebuah toples hingga penuh. Karet-karet yang kami kumpulkan ini, bisa dipakai ulang untuk mengikat barang saat dibutuhkan. Bisa juga jadi mainan lompat tali bagi anak-anak, dengan menyambungkan karet gelang satu dengan lainnya.

Kumpulan karet gelang

Beberapa waktu terakhir, kami pun menggunakan baterai yang bisa dipakai berulang. Baterai ini memakai sistem charge. Ketika energi di baterai sudah mulai habis, kami charge kembali di alat yang sesuai. Seperti apa penampakannya, ada di foto berikut ini.

Charger baterai dan adapter

Bagaimana dengan Reuse makanan?

Yuuk kita simak kelanjutannya…

Setelah membaca materi tentang Reuse makanan, kami pun mulai berpikir ketika ada di dapur. Bagaimana meningkatkan kreativitas perdapuran supaya bisa minimalisasi sampah dan terhindar dari sikap dzalim terhadap lingkungan. Kemudian, apa yang kami lakukan? 

Saat masuk dapur dan beres-beres, menemukan setumpuk cabe kering yang terlewat dikonsumsi. Beberapa hari sebelumnya, intensitas memasak sedang menurun, jadi cabe pun sampai kering belum dimasak. Dulu, kalau ada cabe kering begini, pasti langsung dibuang. Setelah ikut kelas HNS, jadi mikir. Apa yang bisa diperbuat dengan cabe kering? Akhirnya muncul ide untuk membuat bubuk cabe. Cabe-cabe kering ini dilepas dari tangkainya, lalu diblender sampai halus. Seperti apa hasilnya? Bisa dilihat dalam foto di bawah ini.

Bubuk cabe dari cabe kering

Bubuk cabe ini tetap bisa dikonsumsi untuk tambahan bumbu saat memasak atau langsung ditambahkan ke dalam makanan yang sudah siap saji jika butuh rasa pedas. 

Apalagi yang bisa diulik di dapur?

Nasi. Iya, nasi yang kadang tidak habis konsumsi dalam satu hari. Di saat pagi hari kemudian, ada sepiring nasi di dapur, maka berpikirlah bagaimana caranya supaya bisa jadi santapan lezat untuk keluarga. Jadilah pizza nasi. Nasi yang masih ada, dicampur dalam telur kocok dan tambahkan bumbu yang ada. Aduk-aduk hingga rata, lalu goreng pakai teflon atau wajan dengan sedikit minyak. Hmmm setelah matang, anak-anak pun berebutan menghabiskannya. Lega rasanya, saat bisa menaklukkan area perdapuran dengan berpikir kreatif dan berjuang tetap ada dalam koridor minim sampah.

Bagaimana dengan perjuangan teman-teman semua?

Yuuk terus melangkah, hingga proses ini menjadi habit dan kita akan enteng melakukannya tanpa alasan apapun. Amiin


Sumber tulisan :
Materi Pekan 3 Hijrah Nol Sampah IP Jakarta, 2018

Perjuangan Nol Sampah Keluarga Baskomteam, 2018

https://www.kompasiana.com/annisa.tekkimits/5528c8b6f17e6143088b45a4/3r-reduce-reuse-recycle



#belajarzerowaste
#hijrahnolsampah
#hijrahnolsampahipjakarta
#hnsipjakarta
#ibuprofesionaljakarta
#HNSt3
#baskomteam
#matabacaQuBA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perlukah Anak Berlatih Mengelola Keuangan?

Berkunjung ke Kantor Lurah Pejaten Timur

Merica dan Ketumbar

Kreasi botol bekas